YAH, KENAPA HARUS MASUK SINI... BUANG BUANG WAKTU AJA
Maret 16, 2009

PostHeaderIcon MSI VR220, Notebook 12,1 Inci

MSI VR220, Notebook 12,1 Inci

INFOKOMPUTER/Wiwiek Juwono

Berlayar 12,1", lebih besar dari netbook tetapi lebih kecil dibandingkan rata-rata notebook.

INFOKOMPUTER/Wiwiek Juwono

Kamis, 19 Februari 2009 | 14:28 WIB

Tampilannya terlihat kokoh. Dari samping juga terlihat tidak terlalu tebal. Bobotnya tanpa adaptor 1,824kg. Ditambah adaptor dan kabel, total Anda akan membawa-bawa 2,216 kg – lumayan ya? Maklumlah, MSI VR22 ini paduan antara netbook dan notebook. Maka layarnya 12,1”, lebih lebar dibandingkan netbook, tetapi kalah lebar dibandingkan notebook umumnya.

Warna casingnya hitam mulus, tetapi jika kita buka layarnya akan tampak panel keyboard yang berbingkai warna silver. Kurang padunya warna ini terkesan agak aneh – walaupun ada merek lain yang juga menggunakannya. Namun bingkai hitam pada layar LCD memang menyebabkan layar terlihat lebih menonjol.

Tombol On/Off dan ECO

Agak beda dengan kebiasaan, tombol on/off ditempatkan di bagian tengah atas, tepat di bawah layar Wide LCD-nya yang 12”. Penempatan tombol on/off ini memudahkan akses. Pada kondisi menyala, tombol on/off akan berwarna biru terang.

Sejajar dengan tombol on/off, tepatnya di sisi kirinya, terdapat tiga tombol lain dan tiga LED. Tombol paling kiri berlabel P1, tombol sebelahnya P2, dan tombol yang terletak paling dalam memamerkan icon koneksi nirkabel (Wi-Fi). Tombol P1 adalah yang paling penting, karena merupakan tombol yang membuat hidup kita semakin nyaman. Tombol ECO ini menawarkan lima modus penghematan daya: Gaming, Movie, Presentation, Office, dan Turbo Battery. Pilihlah Turbo Battery jika ingin mendapatkan daya tahan batere yang panjang.

Sementara itu tombol P2 digunakan untuk mengaktifkan/mematikan fungsi Webcam yang fisiknya terpasang di tengah panel atas layar, lengkap dengan jajaran lubang mikropon. Jika aplikasi Camera Record Renderer sudah dipasang, kita bisa merekam kegiatan di depan Webcam sebagai klip video dalam format AVI pada resolusi 640x480.

Tersedia opsi untuk membatasi rekaman Webcam selama 10 detik. Selain itu brightness, contrast, hue, saturation, sharpness, gamma, white balance, gain dapat diatur. Hasil rekamannya bagus, jernih, dengan warna yang cukup akurat. Namun bila di-zoom sampai selebar layar, tampilan tampak kurang solid. Selain itu suara yang diambil via mikropon internal di sisi Webcam kurang kuat terekam.

Speaker Kurang Nyaring

Speaker berada di sisi kiri dan kanan wilayah tombol ini, melebar sepanjang keyboard. Suara yang dikeluarkan bervariasi, tergantung sumber. Adakalanya musik MP3 kami terdengar kurang kuat, kendati sudah disetel pada volume tertinggi, 100%, melalui Windows Media Player. Namun suara Katon yang melantunkan lagu Negeri Di Awan terdengar keras dan cukup baik. Lain halnya dengan sebuah DVD lama. Film yang dibintangi oleh Richard Gere dan J.Lo, Shall We Dance?, bahkan masih terdengar sayup-sayup saat diputar pada volume maksimal.

Keyboard dan LCD Lebar

Karena fisiknya lebar, keyboard pada notebook ini juga cukup lebar ukurannya, full-sized. Jarak antartombol lebar sehingga keyboard enak dipakai untuk mengetik, kendati kita harus menekan agak keras di sini, dan mendengarkan bunyi tak-tik untuk setiap tombol yang ditekan. Untungnya touchpad-nya yang luas nikmat: cukup mulus. Sayang kedua tombol di bawah touchpad itu juga perlu tekanan agak kuat.

Layar 12,1”-nya cukup terang dan jelas pada resolusi 1280x800. Sudut pandang vertikalnya baik, tetapi dipandang dari arah samping layar akan tampak agak redup dan terlihat efek pantulan.

Kiri, Kanan, Depan, Belakang

Dari sisi kelengkapan, VR220 ini lengkap. Di sisi kanan ada masing-masing satu lubang untuk security lock, port VGA, port RJ45, dan port USB. Di sisi kanan paling depan terdapat DVD Multi Drive, yang bisa digunakan untuk menulisi CD-R/CD-RW maupun membaca keping DVD.

Sisi kiri menampilkan urut dari arah belakang: jack DC-in, kisi-kisi ventilasi, port antena untuk TV tuner (digital), port USB, jack RJ11, port USB, dan 3-in-1 card reader. Card reader ini bisa menerima tiga jenis kartu: Secure Digital (SD), MMC (multimedia card), dan MS (Memory Stick).

Saat kami coba, kartu SD yang kami selipkan tidak semuanya masuk ke dalam slot; tersisa sedikit di luar slot. Card reader ini menggunakan sistem pegas, jadi untuk mengeluarkan kartu kita tinggal menekan kartu ke arah dalam, dan kartu akan didorong ke arah luar.

Di atas card reader tampak sebuah penutup karet yang sayangnya tidak bisa dibuka. Namun menilik ukurannya, kemungkinan itu adalah slot untuk ExpressCard. Sebenarnya masih ada satu penutup karet yang juga tidak bisa dibuka, yakni yang diapit oleh port RJ11 dan port USB. Yang ini kelihatannya adalah port HDMI.

Di arah depan sisi kanan, terlihat dua jack. Yang letaknya dekat lokasi touchpad adalah jack mikropon dan tepat di sebelahnya adalah jack untuk headphone. Di ujung paling kanan hadir empat LED, masing-masing mengindikasikan status Sleep, Batere, Wireless, dan Akses Harddisk (warna hijau).

Bagian belakang notebook ini bersih dari pernak-pernik.

Kinerja

Notebook 12” ini dimotori oleh Intel Pentium T3200 2GHz dengan memori 2GB. Hasil uji 3Dmark 2006-nya 604, tidak spektakuler. PCMark Vantage pun mencatatkan skor 2569, yang sedikit di bawah rata-rata ultraportabel umumnya. Namun untuk menunjang kegiatan sehari-hari notebook ini termasuk mumpuni. Bisa diajak multitasking – mengetik dengan MS Word, berselancar via Wi-Fi dengan MS Internet Explorer sambil mendengarkan musik dari DVD – tanpa menyebabkan hang. Dipakai main game pun oke.

O ya, MSI VR220 mengemaskan harddisk Western Digital 160GB (bisa di-upgrade sampai 320GB). Kinerja harddisk gegas: kami tuntas menyalinkan 13,9GB data (4001 file dalam 417 folder) dari USB flash disk Kingston DataTraveler 150 32GB ke harddisk MSI VR220 dalam tempo 11 menit 23 detik. Ini berarti laju transfer 20,84MB/s.

Sementara itu baterenya yang tipis nan langsing itu disebutkan berkekuatan 2800mAh, 14,4V. Tidak heran jika daya tahan batere agak minim, hanya 47 menit, saat diuji dengan Battery Eater 05.

PostHeaderIcon Ion P8400DL, Halus Dibelai

Ion P8400DL, Halus Dibelai

INFOKOMPUTER/Wiwiek Juwono

Keyboard-nya cukup lebar Tombol touchpad-nya sangat nyaman ditekan.

Artikel Terkait:

Minggu, 1 Maret 2009 | 15:25 WIB

Sebuah netbook awalnya diciptakan untuk menangani tugas yang tidak terlalu berat. Tujuan utamanya adalah memungkinkan penggunanya untuk nge-net di mana saja dan kapan saja. Karena itulah fitur Wi-Fi (802.11) adalah fitur wajib di sebuah netbook, selain tersedianya port untuk jaringan (LAN). Tidak ada satu pun netbook yang tidak menyertakan kedua fitur ini.

Maka adanya tambahan—berupa port modem—menjadi cukup menyenangkan pada Ion P8400DL yang dibesut oleh Metrodata e-Bisnis ini. Ya, sebuah port modem (RJ-11) terlihat hadir di sisi kanan unit, diapit oleh port LAN (RJ-45), dan port USB. Nge-net pun tidak terbatas pada tersedianya fasilitas hotspot atau jaringan di sebuah lokasi.

Adanya pilihan untuk nge-net via modem dial-up ini bermanfaat khususnya ketika kita berada di lokasi yang belum menyediakan fitur hotspot atau koneksi HSPA atau yang biaya koneksi via jaringan seluler masih kurang terjangkau kantong, misalnya di daerah.

Alhasil fitur koneksi pada Ion P8400DL ini sungguh lengkap. Untuk nirkabel tersedia Bluetooth 2,4GHz dan Wi-Fi (802.11 b/g). Untuk koneksi berkabel ada tiga port USB yang disebar di sisi kanan dan kiri unit, port LAN, dan juga port modem.

Eh, sebelum kita membahas netbook Ion P8400DL lebih detil, yuk kita cermati dulu fisiknya.

Halus saat Dibelai
Pertama-tama kita lihat dulu tampilannya. Sebab zaman sekarang tampilan sangat penting, apalagi bila netbook itu sering kita 'pertontonkan', eh maksudnya pakai di tempat umum seperti kafe. Bangga bukan bila orang melirik netbook kita akibat tampilannya yang—menyitir iklan 3—cuakep, cuakep, cuakep. Nah dalam hal kecakepan, Ion P8400DL ini dapat diandalkan.

Lihatlah casing-nya yang hitam pekat dan mengilat itu. Casing ini pun tidak tampil polos seperti kebanyakan netbook saat ini. Sudah ada pola penghias di sana, yang bisa dipilih antara pola bee hive alias ala sarang lebah, dan pola bergelombang (pattern waves). Jadi kita tidak perlu repot-repot menambahkan skin lain untuk membuat netbook ini tampil menonjol.

Casing atas ini halus bila dibelai, dan pola-pola yang tergambar di sana pun halus, karena pola tersebut memang dibuat secara khusus dengan teknik in mold roller (IMR). Teknik injeksi gambar ini menyebabkan gambar dan juga casing secara keseluruhan terlihat menyatu sekaligus mewah. Gambar pun konon tidak akan luntur kendati digosok dengan kain lap, atau bergesekan dengan tangan.

Kemulusan teknik IMR ini juga terlihat membingkai layar LCD Ion P8400DL yang selebar (diagonal) 10,2 inci itu. Namun, cover casing panel keyboard dan juga bagian belakang netbook ini tidak menerapkan teknik IMR yang kabarnya mahal itu.

Alhasil panel keyboard, termasuk bagian palmrest, dan seluruh bagian belakang netbook yang juga berwarna hitam terlihat agak bertekstur. Terasa agak kasar saat disentuh dengan ujung jemari. Namun, ini sebenarnya membawa berkah. Sebab palmrest menjadi tidak cepat kotor akibat rajin mengumpulkan sidik jari pemegangnya, seperti yang terjadi pada casing atas netbook. Netbook pun lebih nyaman dan aman dipegang karena tidak licin.


Kiri dan Kanan Padat, Depan dan Belakang Lega
Mari kita sudahi perbincangan tentang kemulusan Ion P8400DL. Kita alihkan perhatian pada fasilitas fisiknya. Kita mulai dari sisi kiri unit dulu ya. Di sisi ini terlihat berjajar dari belakang ke arah depan kisi-kisi ventilasi, dan masing-masing sebuah jack DC-in, port VGA-out, port USB, dan jack mikropon serta jack headphone.

Sementara itu sisi kanan memamerkan—juga urut dari arah belakang ke depan unit—sebuah lubang security lock, port RJ-45 (LAN), port RJ-11 (modem), dua port USB, dan sebuah 3-in-1 card reader. Card reader ini bisa menerima tiga tipe kartu memori: Secure Digital (SD), Multimedia Card (MMC), dan Memory Stick (MS).

Di bagian belakang unit tidak tampak apa pun. Bagian belakang unit ini memang didedikasikan untuk tempat kompartemen baterai.

Namun di bagian depan unit, tepatnya di panel keyboard bawah sisi kiri terlihat jajaran empat LED. Keempatnya diberi label icon pengenal. LED yang paling kiri adalah LED power yang akan berwarna orange saat baterai diiisi ulang. Tepat di sebelah kanannya adalah LED yang mengindikasikan aktif/tidaknya numeric keypad. Berikutnya adalah LED indikator Caps lock, dan yang terakhir adalah LED status Wi-Fi/Bluetooth. Ketiga LED ini akan memancarkan warna biru terang saat aktif.

Webcam Perlu Cahaya, tapi LCD-nya Jernih
Yuk kita buka cover-nya. Begitu cover dibuka mata kita akan langsung tertumbuk pada sebuah lingkaran kecil yang berada tepat di tengah bingkai panel LCD. Inilah Webcam dengan resolusi 1,3 megapixel. Untuk mengaktifkannya, Metrodata sudah menyediakan sebuah aplikasi khusus bernama Ampcap. Jadi untuk bernasis-ria, kita tinggal mengaktifkan aplikasi dan mulai bergaya di depan webcam tersebut.

Eh sebenarnya tidak tepat begitu juga jika Anda ingin merekam hasilnya sebagai klip video. Jika aksi narsis-ria itu ingin direkam, kita harus menentukan dulu lokasi penyimpanan, nama file, dan juga apakah kita akan membatasi durasi perekaman dalam besaran file. Nah bila semua sudah dilengkapi, tekanlah pilihan Start to Record dan mulailah bergaya di depan kamera.

Saran kami, gunakan webcam di tempat yang pencahayaannya cukup baik. Juga jangan mengambil subyek yang berada terlalu jauh dari lokasi duduk Anda. Tampilan tentu boleh direkam, dalam bentuk klip video.

Anda boleh saja bergerak-gerak saat itu, jangan pedulikan tampilan layar yang terlihat agak terlambat mengikuti gerakan Anda itu. Kelak bila hasil rekaman diputar ulang, gerakan cepat Anda akan terlihat mengalir mulus, tidak terputus-putus seperti saat rekaman diambil.

Saat mencobanya di dalam ruangan, kualitas gambar rekaman kami cenderung tampil gelap dan—mungkin karena subyeknya agak jauh dari kamera—kurang fokus. Warna-warna juga tidak tampak seindah aslinya.

Kendati hasil rekaman webcam kurang memuaskan, kami kagum dengan kejernihan layar LCD Ion P8400DL ini. Gambar-gambar dan foto, termasuk yang diambil dengan kamera digital, terlihat begitu jernih dan memikat saat ditayangkan di layar yang mengusung resolusi 1.024 x 600 pixel itu. Dilihat dari samping pun, tampilan masih enak dilihat.

Nikmatnya Tombol Touchpad
Layarnya jenih, tapi bagaimana dengan keyboard? Karena panjang netbook ini 25,1cm ukuran fisik keyboard di sini termasuk wajar dan lengkap untuk ukuran netbook berlayar 10,2 inci ini. Selain keyboard QWERTY, di deretan paling atas panel keyboard terlihat jajaran tombol F1 - F11. Tombol-tombol ini ditandemkan dengan beberapa fungsi lain, yang pengaktifannya menuntut penekanan Fn. Ini misalnya untuk mengaktifkan Wi-Fi (Fn-F2). Tombol untuk F12 juga tersedia, tetapi menyatu dengan F11. Jadi untuk menggunakan F12, kita harus menekan kombinasi Fn-F11. Dibandingkan tuts QWERTY, tuts-tuts untuk fungsi Esc, ~, F1-F11, PgUp, PgDn, Ins, dan Del berukuran lebih kecil.

Menarikan jari-jemari di atas tuts-tuts keyboard ini menyenangkan. Tuts-tutsnya cukup empuk saat ditekan, kendati tetap saja diiringi dengan bunyi tak-tuk yang untungnya tidak terlalu nyaring. Cuma dalam pendengaran kami, tombol Space mengeluarkan suara yang cukup mengganggu, apalagi ketika kita harus sering menekan-nekannya.

Sebuah touchpad lengkap dengan dua tombol klik tampil di bawah panel keyboard. Touchpad-nya sendiri menggelincir cukup presisi. Sementara itu, kedua tombol klik di bawah touchpad yang berwarna silver itu menambah kenikmatan karena empuk saat ditekan. Sayangnya kenikmatan menggunakan touchpad agak ternoda oleh terdengarnya suara yang cukup kuat ketika kami menekan touchpad.

O ya, di palmrest sebelah kiri tampak sebuah lubang kecil bergambar mikropon. Ya, di situlah mikropon internal ditempatkan oleh Metrodata. Di bawah palmrest, dipasang sepasang speaker. Kualitas suaranya memadai.

Namun, saat menyandarkan telapak tangan di palmrest ini dalam jangka waktu agak lama, kami merasakan jalaran panas, khususnya di sisi kanan. Sengatan panas ini juga terasa di tuts keyboard bagian kanan, dan bagian bawah netbook sebelah kanan.

Karenanya, jika Anda bermaksud menggunakan netbook ini dalam waktu agak lama, kami sarankan Anda untuk meletakkannya di atas meja. Atau jika ingin memangkunya, gunakan alas yang cukup tebal atau meja komputer portabel yang bisa menyerap panas. Meja lipat ringan yang terbuat dari aluminium ini bisa dibeli secara terpisah di toko-toko komputer.

Kinerja
Agak beda dengan kebanyakan netbook yang pernah kami uji, Ion P8400DL ini datang ke tempat kami dengan sistem operasi Microsoft Windows Vista Starter Edition. Alhasil dukungan prosesor Intel Atom N270 1,6GHz yang ditunjang RAM 1GB (maksimal) kurang mampu mengimbangi kinerja Vista. Booting pun—akibat Vista—terasa lambat, membutuhkan waktu sekitar 1 menit 20 detik.

Jika menilik hasil uji benchmark Cinebench R10 yang menorehkan skor 830, dan 3DMark 2006 yang 138, netbook ini yang dipersenjatai chipset grafis Intel GMA950 ini memang kurang cocok dipakai bermain grafis kelas berat. Namun untuk tugas-tugas umum dan khas netbook, Ion P8400DL cukup mumpuni. Berselancar di internet misalnya. Atau mengetik dengan menggunakan aplikasi pengolah kata atau menggunakan aplikasi suite lainnya. Dipakai untuk memutar lagu juga mampu. Main game, selama game tersebut tidak menuntut kecepatan/refresh rate yang cepat pun masih oke.

Kapasitas Baterai Minim
Metrodata melengkapi netbook-nya dengan kemasan baterai Li-Ion 11,1V dengan kapasitas 'hanya' 2.600 mAh. Kapasitas ini relatif kecil sehingga tidak mengherankan jika daya yang disediakannya tidak dapat bertahan lama.

Ketika kami menggunakannya untuk memainkan beberapa game bawaan Vista dan juga mengetik ulasan ini, dalam tempo satu jam daya baterai terkuras 65 persen dan—menurut klaimnya—hanya akan bertahan 46 menit lagi. Kondisi ini terjadi saat kami memilih skema daya Power Saver demi menghemat daya baterai yang berdampak pada penurunan kinerja.

Maka ketika daya baterai—yang sudah diisi penuh—di-benchmark dengan software Battery Eater 05, kami pun tidak terkejut melihat hasilnya yang 1 jam 43 menit. Begitu pula ketika dipakai untuk memutar video HD, baterai bertahan 1 jam 25 menit.

Ada sedikit catatan tentang adaptor yang disertakan Metrodata. Pada unit uji kami, colokkan kabel ke jack DC-in kurang pas dudukannya sehingga mudah terlepas saat tersenggol. Colokan kabel bercabang tiga yang masuk ke adaptor pada unit uji kami pun harus didorong kuat-kuat agar asupan listrik dari jala-jala listrik bisa mengalir masuk ke baterai. Jika tidak, sia-sia saja Anda memasang adaptor untuk mengisi ulang daya baterai. Dan ini sempat kami alami.

Jika semua colokan—ke adaptor maupun ke netbook—terpasang mantap, pengisian ulang baterai Li-Ion untuk P8400DL ke kondisi 100 persen akan tercapai dalam waktu 2 jam 48 menit 17 detik.